Perang Kerajaan Panjalu dengan Kerajaan Jenggala adalah peristiwa yang penuh dengan intrik dan konflik di dalamnya. Perang ini terjadi karena perebutan takhta Kahuripan, yang membuat dua kerajaan berkekuatan besar saling bertempur untuk memperebutkan kekuasaan.
Semuanya bermula dari keinginan Raja Airlangga untuk mewariskan takhta Kahuripan kepada putri mahkotanya, Sanggramawijaya Tunggadewi. Namun, sang putri lebih memilih menempa ilmu batiniah dengan bertapa ketimbang menjadi seorang ratu. Hal ini membuat Airlangga bingung dan ia meminta saran dari Mpu Bharada.
Mpu Bharada menyarankan agar Kahuripan dibagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Kadiri di Daha dan Kerajaan Jenggala di Kahuripan. Dua takhta tersebut kemudian diberikan kepada dua putra Airlangga, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan. Samarawijaya berkuasa di Kadiri, sementara Garasakan memimpin Jenggala.
Tentang Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Jenggala
Namun, sejak kecil, Samarawijaya dan Garasakan selalu bersaing satu sama lain. Mereka saling berusaha memperebutkan kekuasaan dan persaingan mereka semakin memuncak setelah kematian Airlangga. Daha dan Jenggala pun terlibat dalam perang yang dahsyat.
Prasasti Turun Hyang (1044) oleh Raja Jenggala Mapanji Garasakan dan Prasasti Ngantang yang bertuliskan “Panjalu Jayati” atau “Panjalu Menang” menjadi saksi bisu dari perang saudara ini. Perang ini berlangsung selama 60 tahun, di mana kedua kerajaan saling berusaha menguasai wilayah satu sama lain.
Perang ini tidak hanya dipenuhi dengan pertempuran fisik, tetapi juga dengan intrik dan pengkhianatan. Para penguasa kerajaan menggunakan segala cara untuk mencapai tujuan mereka, termasuk menghasut dan mempengaruhi rakyat mereka. Kedua belah pihak berjuang dengan gigih, mengorbankan nyawa dan kehancuran yang tak terhitung jumlahnya.
Namun, pada akhirnya, Kerajaan Panjalu berhasil memenangkan perang ini. Mereka berhasil menguasai seluruh wilayah Kahuripan dan Kerajaan Jenggala tunduk kepada mereka. Perang yang berkepanjangan ini menghasilkan banyak korban dan kerugian, tetapi juga mengukuhkan kekuasaan Kerajaan Panjalu.
Perang Kerajaan Panjalu dengan Kerajaan Jenggala adalah kisah yang penuh dengan drama dan ketegangan. Ini adalah perang saudara yang memisahkan keluarga dan menghancurkan kerajaan. Namun, dari kehancuran tersebut, muncul satu pemenang yang menguasai segalanya. Kisah ini akan selalu dikenang sebagai salah satu perang terbesar dalam sejarah Kerajaan Mataram Kuno.
BACA JUGA : PERANG BUBAT : Perang Legendaris Kerajaan di Indonesia