Pertempuran Medan Area merupakan momen bersejarah dalam perlawanan rakyat Indonesia terhadap Sekutu dan Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA) di Medan.
Sumatra Utara pada tahun 1945. Perlawanan ini dipicu oleh kedatangan pasukan Sekutu yang ingin mengambil alih pemerintahan di Kota Medan pada tanggal 9 Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D Kelly.
Tidak tinggal diam melihat situasi tersebut, rakyat dan pejuang di Sumatra Utara, terutama di Medan, bergerak untuk melawan. Konflik bersenjata pun tak terhindarkan dan dikenal dengan sebutan Pertempuran Medan Area.
Pertempuran ini terjadi hanya beberapa hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Rakyat Medan baru mendengar kabar tersebut sepuluh hari setelah teks proklamasi dibacakan. Mereka menyambut gembira dan membentuk Barisan Pemuda Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap kemerdekaan.
Pertempuran Medan Area
Namun, pada tanggal 24 Agustus 1945, pemerintah Inggris dan Belanda telah menyepakati Civil Affairs Agreement yang memberikan kekuasaan atas Indonesia kepada Inggris atas nama Belanda. Hal ini menciptakan ketegangan di Medan.
Pada awalnya, pemerintah Indonesia di Sumatra Utara menerima kedatangan pasukan Inggris dengan baik. Mengingat tugas mereka untuk membebaskan tawanan perang Belanda.
Namun, insiden pada tanggal 13 Oktober 1945. Dimana seorang tentara NICA merampas dan menginjak-injak lencana merah putih yang dipakai oleh pemuda Indonesia, memicu perlawanan.
Para pemuda menyerang gedung pemerintahan yang dikuasai oleh Sekutu, dan pertempuran ini pun meluas ke beberapa kota lain seperti Pematang Siantar dan Brastagi. Banyak insiden yang terjadi, sehingga pada tanggal 18 Oktober 1945, Sekutu mengultimatum rakyat untuk menyerahkan senjata mereka.
Pada tanggal 1 Desember 1945, Sekutu memasang papan bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Areas” di pinggiran Medan untuk menunjukkan wilayah kekuasaan mereka. Sejak itu, istilah Medan Area menjadi terkenal.
Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu melancarkan operasi militer besar-besaran dengan melibatkan pesawat tempurnya. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menguasai Kota Medan dan mendesak pemerintah Indonesia untuk keluar dari kota tersebut.
Perlawanan Rakyat Pada 10 Agustus 1946
Namun, perlawanan rakyat tidak surut. Pada tanggal 10 Agustus 1946, diadakan pertemuan para komandan pasukan yang berjuang di Medan Area di Tebing Tinggi. Dalam pertemuan tersebut, terbentuklah Komando Resimen Laskar Rakyat untuk memperkuat perlawanan di Kota Medan. Dengan komando ini, perjuangan di Medan Area kembali bangkit.
Perlawanan terus berlanjut, dan Pertempuran Medan Area akhirnya berakhir pada tanggal 15 Februari 1947 pukul 24.00 setelah diperintahkan oleh Komite Teknik Gencatan Senjata. Para panitia tersebut juga melakukan perundingan untuk menetapkan garis demarkasi definitif untuk Medan Area, yang kemudian ditetapkan pada tanggal 10 Maret 1947.
Pertempuran Medan Area ini memiliki dampak yang besar. Selama hampir dua tahun pertempuran berlangsung, banyak korban jiwa yang jatuh. Para pejuang Indonesia membalas serangan yang dilancarkan oleh pihak Sekutu, sehingga terjadi bentrokan di seluruh kota.
Insiden Pertempuran Medan Area yang terjadi antara tanggal 13 Oktober 1945 hingga April 1946 menewaskan tujuh pemuda Indonesia dan tujuh tentara NICA, serta melukai 96 tentara NICA lainnya.
Selain itu, banyak daerah di Kota Medan yang hancur akibat pertempuran ini. Namun, semangat perlawanan rakyat tidak pernah padam. Pertempuran Medan Area menjadi bukti keberanian dan tekad yang kuat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Dengan mengenang sejarah Pertempuran Medan Area, kita dapat menghargai perjuangan para pejuang dan mengambil inspirasi dari semangat mereka. Pertempuran ini mengajarkan kita tentang pentingnya persatuan dan keberanian dalam menghadapi tantangan yang datang.
BACA JUGA : Bandung Lautan Api : Mengenang Peristiwa Bersejarah Indonesia