Megawati Soekarnoputri adalah presiden kelima Republik Indonesia, menjabat dari 23 Juli 2001 hingga 20 Oktober 2004. Putri dari proklamator kemerdekaan Indonesia, Soekarno, Megawati memiliki perjalanan politik yang penuh dengan liku dan tantangan. Artikel ini akan mengulas sejarah mundurnya Megawati dari jabatan presiden, yang ditandai dengan kekalahan dalam pemilihan umum presiden 2004.
Latar Belakang
Megawati Soekarnoputri pertama kali menjabat sebagai presiden setelah Presiden Abdurrahman Wahid dilengserkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada tahun 2001. Sebelumnya, Megawati adalah Wakil Presiden dan naik ke kursi presiden melalui proses konstitusional. Masa kepresidenan Megawati diwarnai dengan berbagai tantangan, termasuk krisis ekonomi, masalah keamanan dalam negeri, dan upaya pemulihan pasca-reformasi.
Pemilu Presiden 2004
Pada tahun 2004, Indonesia menggelar pemilu presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Megawati mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua, berpasangan dengan Hasyim Muzadi, Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU). Lawan utama mereka adalah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berpasangan dengan Jusuf Kalla. Pemilu ini sangat kompetitif dan diikuti dengan kampanye yang intens.
Pada putaran pertama pemilu, pasangan Megawati-Hasyim berada di posisi kedua setelah SBY-Kalla. Karena tidak ada pasangan yang memperoleh lebih dari 50% suara, pemilu dilanjutkan ke putaran kedua.
Kekalahan dalam Putaran Kedua
Pada putaran kedua pemilu yang diadakan pada 20 September 2004, Megawati dan Hasyim mengalami kekalahan dari pasangan SBY-Kalla. SBY memperoleh sekitar 60,62% suara, sedangkan Megawati hanya mendapat sekitar 39,38%. Kekalahan ini menandai berakhirnya masa kepresidenan Megawati, dan SBY dilantik sebagai presiden pada 20 Oktober 2004.
Faktor-faktor Penyebab Kekalahan
Beberapa faktor yang mempengaruhi kekalahan Megawati dalam pemilu 2004 antara lain:
- Krisis Ekonomi Selama masa kepresidenannya, Megawati menghadapi tantangan besar dalam mengelola ekonomi Indonesia yang sedang dalam proses pemulihan dari krisis finansial Asia 1997-1998. Meski ada beberapa perbaikan, banyak rakyat yang merasa pemulihan ekonomi berjalan lambat.
- Kebijakan yang Tidak Populer Beberapa kebijakan Megawati, seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif listrik, memicu ketidakpuasan di kalangan masyarakat. Kebijakan ini dianggap membebani rakyat kecil dan menurunkan popularitas Megawati.
- Persaingan Internal PDI-P, partai yang dipimpin oleh Megawati, juga menghadapi persaingan internal dan dinamika politik yang kompleks. Beberapa anggota partai merasa tidak puas dengan kepemimpinan Megawati.
- Popularitas SBY Susilo Bambang Yudhoyono, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan di kabinet Megawati, memiliki citra sebagai pemimpin yang tegas dan visioner. Kampanye SBY yang berfokus pada perubahan dan pemberantasan korupsi mendapat dukungan luas dari rakyat.
Dampak dan Warisan
Setelah kekalahannya, Megawati tetap aktif dalam politik dan kembali menjadi ketua umum PDI-P. Partainya memainkan peran penting dalam politik Indonesia, termasuk dalam pemilu selanjutnya. Megawati juga menjadi figur kunci dalam mendukung pencalonan Joko Widodo (Jokowi), yang kemudian terpilih sebagai presiden pada 2014 dan 2019.
Meskipun masa kepresidenannya relatif singkat, warisan Megawati mencakup upaya stabilisasi politik dan ekonomi serta transisi menuju demokrasi yang lebih matang di Indonesia. Dia juga dikenal karena memajukan peran perempuan dalam politik Indonesia.
Kesimpulan
Sejarah Mundurnya Megawati Megawati dari jabatan presiden pada tahun 2004 bukanlah karena pengunduran diri secara langsung, tetapi melalui proses pemilu yang kompetitif. Kekalahannya dalam pemilu tersebut mencerminkan dinamika politik Indonesia yang berubah serta tantangan-tantangan yang dihadapi oleh pemerintahannya. Meskipun tidak lagi menjabat sebagai presiden, Megawati tetap menjadi tokoh berpengaruh dalam politik Indonesia dan memainkan peran penting dalam sejarah negara ini.
Baca Juga : Megawati Sukarnoputri