Pertempuran Lima Hari Semarang Sejarah Tak Terlupakan
Pertempuran Lima Hari di Semarang memang menjadi babak baru dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Kota Semarang telah menjadi saksi bisu dari ketegangan pada saat pertempuran yang mencapai tingkat puncaknya. Lima hari tersebut menjadikan Kota Semarang sebagai medan pertempuran yang mempertaruhkan nasib dalam merebut kemerdekaan dari kekejaman penjajahan bangsa asing saat itu. Alasan perebutan ini adalah karena kota Semarang merupakan wilayah yang sangat strategis.
Pertempuran Lima Hari di Semarang tidak hanya sekadar pertempuran fisik, melainkan juga sebagai cerminan semangat perjuangan, keberanian rakyat, dan kepentingan politik yang beragam.
Latar Belakang Pertempuran Lima Hari
Latar belakang dari pertempuran ini dimulai pada tanggal 15 hingga 20 Oktober 1945 saat masa penjajahan Jepang. Pertempuran ini Awal mulanya disebabkan karena telah diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Pada saat itu pasukan Jepang tidak menerima kekalahannya terhadap sekutu.
Ini membuat Jepang kesal, di mana Jepang tidak mau menyerahkan senjatanya kepada pemuda Indonesia. Hal ini pun membuat Indonesia dalam posisi yang tidak aman dari penjajahan. Selain itu, pemicu lainnya hingga terjadi pertempuran ini adalah terjadinya pembunuhan yang menewaskan Kepala Pusat Laboratorium dari Rumah Sakit Rakyat, dokter Kariadi. Dan lepasnya tawanan Jepang.
Dalam memahami sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang, terdapat beberapa kronologi peristiwa yang dirangkum dari beberapa sumber. Pertempuran dimulai pada tanggal 19 Agustus 1945 dengan melibatkan semangat juang para pemuda dan rakyat Semarang dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal yang sama, petugas kepolisian Indonesia yang menjaga persediaan air di Wungkal pun ditangkap oleh Jepang dengan dilucuti dan disiksa. Selain itu, kabar persediaan air di ledeng Candi yang diracuni juga menimbulkan kegelisahan. Dan dr. Kariadi yang ingin memeriksa dibunuh oleh tentara Jepang, memperhebat pertempuran. Jepang berusaha kembali memperoleh wilayah Semarang dihari kedua dan ketiga. Pada 17 Oktober 1945 Perundingan untuk gencatan senjata di Candi Baru tercapai dan disetujui.
Jepang Tetap Melanjutkan Pertempuran
Meski demikian, Jepang tetap melanjutkan pertempuran. Pada hari kelima, tepatnya tanggal 18 Oktober, Jepang berhasil mematahkan serangan para pemuda. Utusan pemerintah pusat pun berdatangan untuk merundingkan perdamaian.
Perjanjian gencatan senjata tercapai, dengan ancaman dari Nakamura yang hendak melakukan pengeboman Kota Semarang jika senjata tak diserahkan paling lambat 19 Oktober pukul 10.00 WIB. Kemudian, pada 19 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Pelabuhan Semarang. Pasukan Inggris, termasuk Gurkha, tiba untuk melucuti tentara Jepang dan mengakhiri pertempuran yang telah merenggut banyak nyawa dan menorehkan luka mendalam pada Kota Semarang.
Akhirnya, dengan kedatangan Sekutu dan terlibat dalam perjanjian pada 20 Oktober 1945, Pertempuran Lima Hari di Semarang berakhir dengan pihak sekutu yang mengalahkan dan melucuti senjata pasukan Jepang. Didirikanlah monumen perjuangan Tugu Muda di Simpang Lima, Semarang untuk mengenang peristiwa yang terjadi pada masa itu..
BACA JUGA : Sejarah Perang Banjar : Sejarah Perang Kerajaan Di Indonesia